Istana Pertama Kerajaan Bima yang Terlupakan




ASI KALENDE

"ISTANA YANG TERLUPAKAN"  


 


 Asi Kalende merupakan istana kerajaan Bima yang pertama. Berbentuk atap limaks, berstruktur  bangunan kayu/panggung. Disamping sebagai istana kedudukan kerajaan pada masanya, juga  berfungsi sebagai kediaman raja bicara/perdana menteri dan pusat administrasi pemerintahan  kerajaan. Asi Kalende dibangun tahun 1302 M, pada jaman Raja Bima yang ke 12 yakni Ma Wa’a  Bilmana. Asi kalende mengalami dua kali renovasi sepanjang sejarah keberadaannya, yakni pada  tahun 1801 oleh raja Bicara M. Anwar Abdul Nabi. Kemudian renovasi ke dua oleh Raja Bicara M.  Yakub (Ruma Kapenta Wadu) tahun 1858. Oleh karena mengalami renovasi maka ada perubahan  jenis material yang digunakan pada bagian atap. Dari ilalang, sirep bamboo, sirep kayu dan  terakhir genteng dan asbes. Kini yang tersisa adalah bangunan induk/utama dalam kondisi tidak  terawat, sementara bangunan sayap dan bagian belakang sudah hilang. 




Asi kalende jaman dahulu


 Tertutup auranya diantara bangunan yang menyembunyikan keelokan sejarahnya. Asi kalende  terletak di kelurahan pane yang dahulunya dikenal sebagai Kampo Nae Pemukiman para Rato  (bangsawan), pada tahun 2017 diajukan untuk menjadi cagar budaya namun hingga kini belum  ada keputusan. Terlihat tidak terawat namun istana tua tersebut sudah menjadi tempat berteduh  dan rumah para Tureli Nggampo atau Raja Bicara yang menjadi nafas roda pemerintahan  kerajaan dan kesultanan Bima dahulunya.  

Asi Mbojo yang sekarang menjadi Museum

Pada awal abad ke 19, Eksistensi Asi Kalende mulai digantikan oleh "Asi Mbojo" (Istana Bima kedua) yang merupakan perpaduan bangunan khas Bima dan Belanda yang merupakan karya arsitek dari Ambon yaitu Mr. Obzicter Rahatta. Sultan yang memerintah pada masa pembangunan istana kedua ini adalah Sultan Ibrahim (1881-1915) dan Sultan Muhammad Salahuddin (1915-1951). Alasan kuat dibangunnya istana kedua ini karena Asi Kalende yang jaraknya agak jauh dari alun-alun Bima yaitu Serasuba atau sekarang lebih dikenal dengan "Lapangan Merdeka" selain agak jauh dari alun-alun, letak Asi Kalende pun berada di tengah pemukiman warga Pane. Sedangkan Tata letak Asi Mbojo tidak jauh berbeda dengan istana lain di Tanah Air. Istana yang menghadap ke barat dan di depannya terdapat tanah lapang atau alun-alun bernama Serasuba. Di tempat itulah konon raja tampil secara terbuka di depan rakyat di saat-saat tertentu, misalnya saat diselenggarakan upacara-upacara penting atau perayaan hari besar keagamaan. Serasuba juga menjadi arena latihan pasukan kesultanan. Di sebelah alun-alun terdapat sebuah bangunan masjid, sebagai sarana kegiatan ritual keagamaan. Istana, alun-alun dan masjid merupakan konsepsi filosofi pemerintah, rakyat dan agama merupakan satu kesatuan yang utuh. 


Kondisi Asi Kalende sekarang


Keadaan Asi Kalende sekarang sangat memprihatinkan. Tempat yang dulu sangat mewah dan menjadi  pusat pemerintahan, sekarang sudah lapuk tanpa adanya perhatian dari Masyarakat dan Pemerintah. Sungguh  malang nasib nya sekarang, Asi kalende yang harusnya menjadi cagar budaya dan tempat belajar  budaya Mbojo kini sudah tidak terawat dan lapuk bahkan banyak pertanyaan dari generasi milenial "apa itu asi kalende? dimana letaknya?" dsb. pertanyaan yang cukup menyayat hati, karna bagaimana bisa sejarah dilupakan?. Kurangnya antusias memperkenalkan budaya dan sejarah inilah yang membuat kita tidak kenal sejarah dan budaya di tanah kelahiran sendiri.

Semoga segera ada perhatian dari pihak terkait untuk merawat dan melestarikan Asi Kalende agar tidak dilupakan oleh zaman. Selain itu juga peran generasi Milenal sangat dibutuhkan untuk  pembangunan dan pelestarian cagar budaya Asi Kalende dengan cara memperkenalkannya kepada orang banyak lewat social media dll. Jangan lupakan sejarah! karna Sejarah tidak pernah benar-benar mengucapkan selamat tinggal. Sejarah hanya berkata ‘Sampai ketemu nanti’.


“A people without the knowledge of their past history, origin and culture is like a tree without roots.”--- Marcus Garvey

(Orang-orang tanpa sepengetahuan sejarah, asal-usul dan budaya masa lalu seperti pohon tanpa akar.)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terpapar Covid-19, Dokter di Kota Bima Meninggal Dunia

Tugas Analisis Public Relations tentang "Fungsi Public Relations"